04 March 2014

Adik-Adikan yang Solehah Beneran

Sorry to trash ... :D

Instropeksi diri. Masa kadaluarsa saya selalu cepat banget datangnya. Di awal-awal semangat pisan skripsi sampai teman-teman banyak konsul. Eh, pada kaget karena nggak ikut UP gelombang pertama. Di awal-awal aktif nge-BEM, eh pada aneh kenapa di tahun terakhir nggak nge-BEM lagi. Di awal-awal ... kesini-kesini. Terlalu banyak sampai males nulisnya. Karena bukan ini yang mau saya tulis.

Jadi saya punya adik-adikan yang sholehah banget. Lucunya inspirasi dia adalah saya yang sholehah-nya biasa-biasa aja. Saya kenal dia tahun 2008-an. Waktu itu saya kelas 1 aliyah, dia kelas 2 tsanawiyyah. Suatu sore Ketua OSIS saya waktu itu minta tolong saya buat cari tahu sebuah pemilik nomor hape. Karena saya baik hati saya miscall nomor tersebut dan akhirnya saya malah di-SMS. Biasalah, ini siapa, tahu nomor ini darimana, lah jadi saya yang repot. Akhirnya saya bilang saya Sarah anak aliyah YTI. Diminta senior buat nge-miscall kamu. Lalu akhirnya dia bilang kalau dia juga anak YTI tapi tsanawiyyah dan yang menghubungi Ketua OSIS saya adalah temannya dia. Gitu lah pokoknya.

Namanya Dina. Kenal secara kebetulan karena insiden permintaan tolong Ketua OSIS tersebut. Suatu sore Dina nge-SMS saya dan dia bilang dia mau latihan Pramuka bareng anak aliyah. Dia penasaran ingin tahu saya yang mana. Akhirnya ketemuan lah kita di kegiatan Pramuka. Romantis ya :D.

Saya jadi senang karena punya adik-adikan di tsanawiyyah. Ketika di asrama, saya juga punya adik-adikan, namanya Rimeilda. Sama juga, dia sholehah akut. Kenapa dia mau nganggep saya kakaknya, saya juga nggak tahu. Balik lagi ke Dina, lama kelamaan saya tahu bahwa keluarganya ternyata Persis dan pada tahun 2009 akhirnya saya ikut Pemudi Persis bareng ibunya Dina.

Agustus 2009, saya ketemu kakaknya Dina yang ternyata seumuran dan seangkatan sama saya. Akhirnya kita jadi bro-broan gitu. Setelah Dina lulus tsanawiyaah dia mesantren di tempat dulu saya pesantren (3 minggu :D). Keponakan dan sepupu saya juga mesantren disana jadi saya sering main kesana. Setiap kesana saya pasti disambut sama Dina seakan-akan saya ini kakaknya yang sedang nengok. Untung dia nggak minta jajan :D.

Setelah saya lulus aliyah dan kuliah, kadang dia sering ngomentarin pakaian saya yang nggak nyantri :D. Biasanya dia nyeletuk, "Teteh kok bajunya gini sih. teteh kerudungnya kurang panjang. teteh meuni beda." Blak-blakan banget ya, mirip kayak adik kandung saya yang sering ngoceh. "Masa santri kok gini, santri kok gitu." Heuh.
KBR 2009 di Panamur

Saya udah lama nggak ketemu Dina. Terakhir kayaknya pas dia lulus muallimin tahun 2012. Kalau nggak salah dia kuliah di Al Imarat sekarang. Status-statusnya akhwat akut semua. Mujahidah dakwah banget. Ah, saya sebagai kakak boongannya merasa bukan apa-apa.

Oh ya, saya menulis ini karena barusan Dina nge-chat saya di facebook:
Hari kemarin pun saya bertemu -lagi- dengan orang yang pada akhirnya bilang ''ikh, naha mirip teh Sarah Nurul?'' Janten sok sono ka teh sarah ai tos kieu teh
Bingung mirip apanya. Mungkin karena dia salah satu fans saya, kelakuan dia jadi agak-agak saya banget. Tapi yang jelas saya bangga jadi salah satu orang terdekatnya Dina. Seenggaknya saya yang labil jadi sering disentil ini-itu sama adik sendiri.

Oh iya, ada chat terakhir dari Dina yang lucu. Buat saya sih lucu ya :p
teteh tos gaduh calon teu acan? Abi hoyong pisan ninggal teteh d pelaminan

0 Comments:

Post a Comment

Jika tidak memiliki akun di google, wordpress, dan yang lainnya, bisa menggunakan anonymous.