28 March 2014

,

Hei, Sarah El Zohrah, What's Up?

Saya hobi menulis sejak umur 5 tahun, surat-suratan dengan kakak ke-4, Rahmi Nurfadhilah, ketika saya SD, senang main drama dan bertindak sebagai penguasa skenario. Sejak SMP (I mean tsanawiyyah in boarding school) saya nulis diary, punya buku komunikasi dengan sahabat saya, Salma Fathia Al Huda, yang isinya celotehan-celotehan penting nggak penting. Pernah bikin cerpen tentang Penjara Suci di tahun 2007. Keluar dari pesantren diajarin bikin cerpen dan novel sama Pak Bagja, guru Bahasa Indonesia. Tahun 2009 sempat coba-coba nulis dua cerpen judulnya Sang Calon Ketua dan Harry Potter Freaks, dan satu novel judulnya Mutiara Islam. Masuk kuliah semakin gila menulis dan bersahabat dekat dengan internet. Mendapatkan informasi tentang ajang menulis dan lahirlah anak-anak saya dari antologi di bawah ini:

1. Sebilah Pisau Tumpul (Cerpen)
Foto saya terpampang nyata di sebelah kanan atas, sebelah Mbak Achie TM. Nama saya tersemat di bingkai cover. Cerpen ini bercerita tentang seorang gadis yang stres menjalani cuci darah selama empat tahun. Terinspirasi dari teman dekat saya, M. Fauzan Adly Haqiki, yang didiagnosa gagal ginjal pada saat berumur 16 tahun dan menjalani cuci darah selama empat tahun. Fauzan meninggal dunia saat berumur 20 tahun.

2. Telaga Kausar Indonesia (Puisi)
Saya nggak terlalu ingat saat proses membuat puisi ini. Saya nggak terlalu mahir bikin puisi. Kadang asal-asalan, seenak saya bikinnya aja. Kadang tanpa pola ataupun stimulus. Puisi ini pernah dimuat di Interval 21 juga. Ini bukan puisi terbaik saya, menurut saya sih gitu.

3. Rembulan itu Menebas Bintang Timur (Cerpen)
Ini cerpen terlebay yang pernah saya buat.Ceritanya tentang saya yang ditinggal nikah sama teman saya. Padahal saya kira kita sudah sepakat untuk saling menunggu. Ternyata saya kepedan -_-"

4. Sajak Reofilia (Puisi)
Saya lebih suka puisi ini daripada puisi Telaga Kausar Indonesia, karena puisi yang saya buat disini lebih berpola. Isinya tentang negara Indonesia yang sedang ditimpa musibah dari tanah, air, dan Bumi. Selalu begitu.

 5. Duhai, Tania ... Duhai, Tiara ... (Cerpen)
Ini cerpen terenggak banget. Saya aja kalau baca ulang jijik bacanya :D. Ceritanya tentang ... ah, sudahlah.

6. Orientasi Mahasiswa Dodol (Cerpen)
Ini salah satu cerpen yang agak bagus menurut saya. Tapi sayangnya dari sepuluh penulis yang lolos audisi menulis di Sekolah Tinggi Menulis Jogja ini, judul Diaduk Jablay lah yang menjadi judul cover. Entah tulisan siapa itu, saya lupa. Saya pernah menemukan buku ini di Gramedia dan Tisera, tapi saya nggak kebayang kalau saya beli buku ini dengan dandanan muslimah saya, apa kata kasirnya :|. Oh iya, cerpen ini terinspirasi dari masa-masa saya Mabim di Fkep Unpad.

7. Cinta Kasih Kelapangan Hati (Cerpen)
Salah satu cerpen terbaik saya karena bercerita tentang keluarga. Ibu saya menangis waktu baca cerpen ini :).

8. Dari yang Jutek Hingga yang Gokil (Cerpen)
Meski temanya tentang cinta, tapi isinya nggak bikin saya jijik kok. Ini cuma tulisan saya tentang tipe-tipean itu loh, lagian saya nulis ini pas saya lagi nggak galau.

Sejujurnya kalau kalian melihat rak buku saya, nggak akan ada judul-judul buku di atas. Meski buku-buku tersebut memuat tulisan saya, tapi saya nggak beli buku itu. Pertama, karena saya selektif dalam membeli buku, saya nggak pernah beli buku antologi macam buku-buku di atas. Kedua, sayang uang. Ketiga, ini bukan pencapaian terbaik saya, karena saya maunya bikin novel sendiri, bukan antologi cerpen atau puisi (maksa -_-"). Makanya saya tulis celotehan ini di blogspot bukan di tumblr. Nanti kalau saya sudah berhasil menceklis pencapaian saya, baru saya show up di tumblr.

By the way, saya senang mengetahui bahwa saya pernah semangat belajar menulis dan uji publik tentang kelayakan tulisan saya. Meski buku-buku di atas adalah tulisan saya zaman tahun 2010-2011, sebelum saya resmi jadi aktivis. Tapi, hei, saya independen sekarang. Seharusnya saya bisa meneruskan masa-masa Sarah el Zohrah itu. Nama yang saya buang semenjak saya jadi aktivis. Tapi perlu diketahui bahwa aktivis bukan penyebab saya tidak melanjutkan proses belajar menulis fiksi. Justru menjadi aktivis mematangkan intuisi dan kepekaan saya dalam hal tulisan. Terbukti, saya tidak pernah menulis hal-hal sepele yang galau nggak jelas lagi. Setelah jadi aktivis semua yang saya tulis berbentuk rilis dan artikel dengan memakai nama asli, Sarah nurul Khotimah. Beberapa contoh judulnya:

- Aksi dan Mahasiswa (2012)
- UKT Untuk Kesejahteraan dan Kecerdasan Mahasiswa (2013)
- Menelusuri Jejak Medfo (2014)
- Mempertanyakan Kongres Mahasiswa (2014
- Rilis-rilis event dan aksi, dll

Dan, by the way, what's up Sarah El Zohrah? Miss you so much ... :*

0 Comments:

Post a Comment

Jika tidak memiliki akun di google, wordpress, dan yang lainnya, bisa menggunakan anonymous.