Enyahku pecandu gemericik aliran sungai
Enyahku pecandu gelombang danau
Enyahku pecandu pengisi dahaga
Ah, airku alamku
Siapa kata?
Aku tak ingin semuanya begitu saja
Tiba-tiba Kau titipkan pada mereka duka dan air mata
Mengalicau cita yang sudah terpupuk
Mengubur cinta yang sudah tertenun
Tanah Wasior terbelah
Hancur mengeringkan hamparan
Kemana air itu?
Merapi dan Mentawai berebutan melumatkan riang
Menyihir alam dengan ketakutan akan kehadiran kaldera
Dimana air itu?
Sekarang tsunami bukan wacana
Masihkah air menyejukkan?
Wahai yang diharapkan
Mereka merindukan kesejukanmu
Bagai bayi yang mengais nanah merindukan air susu ibunya
Pondok Kaca II, 22 November 2010
Diikutkan dalam antologi Kasih; Tanah, Air, Udara
0 Comments:
Post a Comment
Jika tidak memiliki akun di google, wordpress, dan yang lainnya, bisa menggunakan anonymous.