10 April 2014

Masa Lalu Untuk Masa Depan

akhirnya seminggu bed rest untuk memulihkan kesehatan yang nge-drop. selamat datang jatinangor. selamat datang rutinitas. mari blogspot, kita ciprat menciprat :)

di lobi keperawatan, ketika makan siang. teman saya, Sarita, bercerita mengenai mentalnya menjelang UP. saya tenangkan sebisa saya dengan cara memancingnya untuk mengetahui dimana celah kesalahan proposalnya. karena hal yang mengerikan ketika UP adalah kamu ditanya hal yang tidak kamu mengerti. lalu saya menanyakan pertanyaan umum mahasiswa keperawatan tingkat akhir. padahal saya sudah sangat sering menanyakan hal ini ke Sarita.

Saya: kamu nanti profesi? (pertanyaan basa-basi hanya agar menaikan mood saya untuk profesi)

Sarita: iya lah. kamu juga kan?

Saya: aku tuh ngeri ngebayangin gimana nanti aku jenuh dan capeknya selama profesi.

Sarita: ya harus dinikmatin lah.

(itu dia, set poin aku denial banget buat nyampe ke arah menikmati diri menjadi perawat)

Saya: tapi sekarang aku udah menempati hobi menulis aku benar-benar jadi hobi loh. dulu aku kuat berpikir bahwa menulis bisa jadi profesiku. tapi kayaknya perawat yang benar-benar bakalan jadi profesi. ini tentang kesejahteraan hidup kan. aku nggak bisa nulis kalau hidupku nggak sejahtera. sementara patokan sejahtera zaman sekarang salah satunya adalah mapan. mapan diukur dengan materi. dewi lestari juga memapankan hidupnya dulu sebagai penyanyi, sebelum dia menjalankan passion-nya di bidang menulis.

Sarita: pokoknya kamu emang nggak boleh melepas bakat kamu itu. jadi perawat, tetap jadi perawat. tapi kamu harus tetap menulis, Sar. atau kamu buka home care saja dan jadi bos. aku dulu juga maunya masuk sastra, bahasa asing. tapi kata ibu aku tuh mending jangan masuk jurusan yang bisa disambi. kita kan masih bisa les bahasa asing meski nggak kuliah di sastra, tapi ilmu keperawatan hanya didapat di keperawatan.

(ya aku tahu sejak awal ini tentang keprofesian, pekerjaan, mata pencaharian)

Saya: kamu ingat nggak temanku di sastra UPI yang agak-agak nggak waras itu.

Sarita: oh itu, iya. kenapa dia?

Saya: dia udah nikah kemarin. dan pas aku tanya ternyata akadnya udah tahun kemarin pas udah lebaran. sekarang istrinya udah hamil lima bulan. aku speechless lah. dia kan seumuran sama aku. 21 lah dia sekarang, udah mau jadi bapak. aku nggak ngerti lagi gimana dia menafkahi anak istrinya. dia kan orang yang liberal abis. kerjaannya main teater dari panggung ke panggung. dari situ aku jadi kayak tobat dan sadar kalau masa depan kita itu harus dipersiapkan dengan serius. bukan ajang main-main dan coba-cba.

obrolan terhenti karena saya harus tutorial pada saat itu juga. saya memulai tutorial dengan 60 menit diskusi, 30 menit sharing dengan dosen mengenai parenting. beberapa kata-kata dari dosen yang aku ingat selama sharing:

"setinggi-tingginya pendidikan kalian, yang paling berkepentingan dengan ilmu kalian adalah anak-anak kalian."

"kalau kalian ingin generasi yang cerdas, yang harus kalian perhatikan ada tiga hal: genetik, nutrisi, dan pola asuh."

"pada tujuh tahun pertama, kalian akan bersama anak 24 jam. pada tahun tujuh kedua, kalian hanya punya waktu 12 jam karena sisanya dia berada di sekolah. tujuh tahun ketiga, anak mulai merencanakan kehidupannya sendiri. tujuh tahun berikutnya saatnya kalian melepas anak-anak kalian. makanya kalian seharusnya tidak mau meninggalkan anak-anak kalian pada tujuh tahun pertama."

"cinta laki-laki itu seperti gunung meletus. cinta perempuan itu seperti kuku. seperti gunung meletus karena ketika meletus laharnya membakar sekitarnya yang sebenarnya sudah lama hidup dengannya. seperti poligami, kadang dia nggak sadar menyakiti orang yang sudah bersama dengannya bertahun-tahun. sementara cinta perempuan seperti kuku, meski dipotong tapi tumbuh lagi, tumbuh lagi."

tentang nutrisi:
"bangun tidur, setelah hepar bekerja semalam, kalian minum jeruk nipis campur dengan air hangat. jeruk nipis tidak berbahaya untuk penyakit gastritis (maag) karena jeruk nipis itu bersifat basa, bukan asam. pagi-pagi kalian sarapan dengan buah-buahan, pepaya, semangka ... jangan pisang, nggak akan ngaruh. siang hari baru asupan karbohidrat. ingat, jangan makan karbohidrat bersamaan dengan protein hewani, tapi makan dengan protein nabati. malam hari sebaiknya jangan makan karbohidrat. susu sebaiknya tidak jadi konsumsi utama karena susu sapi baik untuk anak sapi, bukan untuk kalian."

gara-gara obrolan dengan Sarita dan sharing dengan dosen tadi siang, saya jadi tertarik membuka lagi tulisan saya tahun 2009 di facebook, ketika saya sudah dikhawatirkan dengan masa depan. ketika itu umur saya 17 tahun dan saya akan menghadi UN dan SNMPTN (ujian tulis).

Langkahkan Mimpi Kita. . !! 
4 December 2009 at 15:23 
Masa-masa transisi kita sebentar lagi meningkat, Sob! Buat yang di Mualimin, Aliyah, SMA Plus, Menengah Umum, Menengah Kejuruan, or wherever you lah ... Sudah terencanakah langkah hidup kita?? 
Oke ... aku ingin coba membahasnya disini (berhubung jabatan organisasi sudah didemisioner, jadi nggak ada lagi mading or majalah sekolah yang bisa dijadikan pelampiasan konsepsi pemikiranku). 

Yap, kembali ke kontinuitas masa depan kita, jika perlu aku bisa mengutip judul sebuah buku yang ber-title Kuliah, Kerja, Nikah. Hm ... memang pasti berputar-putar disitu lah ... 

Sudah nggak tabu ketika masa pembelajaran di sekolah selesai maka dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Haha ... biasanya ladies. Untuk hal ini aku setuju, sebagai sarana memenuhi kebutuhan fitrah kalian, saling melengkapi dan menenangkan jiwa, maka dari itu kalau tektek bengeknya telah terpenuhi, bersegeralah menikah wahai calon ummahatul yaom, wkwkwk. 

Kenapa aku lebih menganjurkan ke cewe? Umumnya kan wanita khawatir mengenai masa depannya sampai ia menemukan suami, tapi pria tidak pernah mengkhawtirkan masa depannya sampai ia menemukan istri .. hihi aku suka teori ini.
So, girls ... terutama kawan-kawan sekolah Soreang, aku ikhlas jika kalian mendahuluiku menikah, karena pada kenyataannya teman sekelasku di PPI 34 sama PPI 99 sudah ada 9 orang yang nikah. Ups, yang married by accident mah non-inklusif tuh. 

Stop membahas nikah! Sekarang kita cari alternatif lain ... karena sebagai gantinya, jenjang pendidikan lebih tinggi telah menanti. Hoho jadi mahasiswa, keren dong pastinya ...
Ada beberapa hal menarik yang perlu dituangkan disini. 

Pertama: MINAT dan BAKAT 

Mungkin diantara kita ada yang nggak tahu apa sebenarnya minat dan bakat kita. Gubrak nggak tuh! Alasannya mungkin karena teori bahwa bakat itu hanya permainan takdir. Tambah gubrak ah.
Khusus buat Nawar dan Suci (kalau nggak salah) kalian kan pernah berkecimpung di Bangmikat alias Pengembangan Minat dan Bakat, nah adanya itu sebgai pembuktian bahwa Minat dan Bakat itu bisa ditemukan lewat pengembangan diri. 

Intinya adalah prakarsa menuju prakarya. Kembangkan sesuatu yang ada pada diri kita, sekecil apapun itu, setidak penting apapun itu. Bakat heureuy ceunaaah (kata si Gmbel itu mah, hehe). 

Nah, sekarang ini Sob banyak program tes bakat dan kemampuan yang ada. So, nggak ada salahnya sebelum memilih jurusan, kita konsul-konsul dulu. Kumpulkan info seluas-luasnya tentang fakultas dan jurusan apa yang akan kamu plih. Diskusi sama senior-seniormu, Sob. Yang penting berani melangkah, oke. 

Kedua: KEMAMPUAN 

Oow, kalau nilai-nilai rapot sering kebakaran? Heu ... 
Jangan anggap nilai hanya formalitas belaka, Sob. Pada tahu kan ada jalur penerimaan mahsiswa lewat prestasi akadmik. Dulu namanya PMDK, sekarang jadi PPA. 
Aku sendri nggak berani menginsinuasikan kalau aku berotak tapi secara real terlihat lemot. Banyak yang bilang kan, kualitas juga butuh kuantitas, Neng. 

So, wake up, man! Jangan berleha-leha! Tunjukkan kalau kita punya kemampuan. Bukankah kemampuan itu tidak bersifat spekulatif belaka. 

Intinya perpaduan antara minat, bakat, dan kemampuan yang tinggi akan mampu menciptakan kesempatan yang luar biasa besar. Weyys. 

Ketiga: FINANSIAL alias DANA 

Ekhem, agak berat juga membahasnya ya. 
Mencari ilmu memang harus diperjuangkan, tapi jangan terlalu dipaksakan. Soalnya nggak baik buat kesehatan mata, mata pencaharian Ortu maksudnya hehe ... 
Bisa dapat beasiswa itu lebih bagus. Lewat jalur independen kayak Habibie Center or DPU DT, atau jalur formal dari tempat kuliah itu sendiri. Sambil magang juga keren. Tapi kalau Ortu dengan sukarela mampu mengeluarkan uang, misalkan karena Ortu kamu seorang CEO, pejabat, or pengusaha yaa no problem, toh. Tapi kalau kamu kuliah sampai harus jual rumah ... hehe mending jangan memaksakan kehendak kalau memang dana belum bisa terkumpul, karena nggak kuliah bukan berarti riwayatmu tamat sudah. 

Banyak contoh orang-orang besar yang justru nggak pernah makan bangku sekolahan (kayak rayap huehe), tapi dengan semangatnya yang tinggi mereka telah menjadi bintang zaman. Buya Hamka atau Adam Malik,misalnya. 

Setahu aku juga KH.M.Romli & KH.Aceng Zakaria, mantan-mantan aku itu (mantan mudirul am maksudnya), kisah tentang masa sekolah mereka begtu menakjubkan meski tak begitu istimewa, kan. Tapi mereka sukses, bo.  
Yoow, Neng Wilda ... I believe you can! Psikologi mah makananmu sehari-hari. 

Nah .. keempat: DOA 

Sadarlah bahwa kita nggak hidup di zaman okultisme, yang percaya pada kekuatan gaib pada diri manusia. Doa adalah senjata orang muslim, setiap detik dengan semua peristiwa di dalamnya ... yakinlah Allah akan membekali kita dengan kekuatan yang kadang tidak kita sadari (haduh kata-kata siapa ini, lupa lagi) 

Yoo, pokoknya yakin saja kalau sukses itu bukan hal yang utopi ... 
Tidak akan ada keberhasilan tanpa perjuangan dan tidak akan ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Semoga kesuksesan menyertai kita dan keberhasilan ada dalam hidup kita. 

Jika tidak menikah plus tidak kuliah? Yang penting nggak nganggur. Cari kerja lah. Jangan diam, yang penting punya mimpi. Kalau kata Arai di novel tetralogi Sang Pemimpi tuh, "kalau bukan karena mimpi, kita orang kecil bukan apa-apa." 

Karena memang impian dan cita-cita yang tertanam di dalam hati adalah sumber utama optimisme, dan orang yang mempunyai sifat optimis akan menyukai apapun yang dihadapinya. Nah, kalau itu kata-kata Azzam di novel KCB. 

Pokokny Sob, kita harus lebih rela mencoba sesuatu yang hebat dan gagal, daripada tidak mencoba apa-apa dan langsung sukses. Haha sebenarnya sih ini motivasi buat membuat karya sastra fiksi. Kerjaan aku hehe. Tapi whatever lah, kalian mau punya pekerjaan apa juga, yang penting jika kalian punya mimpi maka langkahkanlah mimpi kalian. 

"Unexamined live is not worth living !"(socrates) 
Komentar: 
Levyn Khan itulah sistem konvensional.

Kuliah-Kerja-Nikah.

Tujuan Utama dari kehidupan itu adalah pernikaha

4 December 2009 at 16:07 
Inni Bukan Yassir Amrie yups, sob. Thanks ya atas support-nya plus motivasinya. 
4 December 2009 at 16:18 

 Abu Cordova
@khan: Nikah itu baiknya bukan tujuan tapi jalan untuk menggapai. for All : SUKSES itu mesti dan pasti. kalau masih pelajar pandai jaga diri, kehormatan, tambah aktivitas positif. hindari main hati ... Be Your Self…! 
4 December 2009 at 18:07  
Wishu Muhamad
Haha.. alus euy linguistik maneh.. heu kumaha environment eta mah. Jadi kumaha sabisa-bisana urang ngondisikeunnana.Hidup itu kadang sporadis, bradah!!Teu kuat-kuat teuing mah gelo.Haha. Like this lah... 
4 December 2009 at 21:09 
Fajar T Nugraha think like usual behavior.... monoton you now. 
6 December 2009 at 11:06 
Mahbub Fuadi marilah meraih mimpi hingga nafas kan terhenti ...  
6 December 2009 at 12:05 

Sarah Nurul Khotimah Haha.. berbulan-bulan yang lalu menulis note ini! ternyata salah satu mimpiku telah ku genggam...!!!thanks for my spirit! jhaha.. 
3 August 2010 at 10:18  
Wishu Muhamad
hahaha... buat masalah bakatnya, sob: hemat saya nggak usah konsu!! kerjakan apa yang kalian inginkan, pilih jurusan yang sesuai dengan hobi kalian. jurusan itu menurut saya menyalurkan hobi!! kerjakan sesuatu yang kalian sukai, lalu nikmati.....kuliah itu bukan untuk kerja ya, sob!!toh pada intinya kita itu berkuliah untuk mnuntut ilmu, tuhanlah yang mnentukan... pekerjaan adalah hasil dari kerja keras kita..lagian kita kuliah bukan dituntut untuk memilih-milih jurusan atau fakultas yang bonafit. ya kan??sarah kayaknya pengen cepet-cepet nikah nih..dari kemarin nikah aja yang diobrolin...3 August 2010 at 12:04  
 Sarah Nurul Khotimah Betul betul betul.. Apa yang kita anggap pantas belum tentu wajar buat masa depan kita.. Iya, sarah heran kenapa belum ada yang ngajakin sarah nikah ya.. haha..3 August 2010 at 12:13 
Wishu Muhamad
kak rose.. hahaha... oke, oke, oke... ntar dicariin calonnya deh...3 August 2010 at 12:14  
 Sarah Nurul Khotimah Kalau mencari malah tidak menemukan kata si Aqo mh.. Haha..3 August 2010 at 12:46 


Well, Wishu Muhamad adalah temanku dari UPI yang aku ceritakan baru menikah kemarin. Yang bikin saya syok karena dia ternyata benar-benar sarap. Maksudku ... menikah adalah hal yang baik, tentu, dan dia si penganut liberalisme mengambil itu.

Jadi ini hanya sekedar pengingat bahwa lima tahun lalu aku begitu bersemangat menata masa depanku. Aku akan selalu ingat dengan buku agenda bercorak Bohemian Rapshody yang isinya adalah strategi belajar agar aku, murid PPI 34 dan Aliyah YTI (sekolah apa sih itu), bisa diterima di PTN.

Remember? Feel that. Feel your spirit.

P.S.: aku mau ngasih hadiah buat diriku sendiri yang nanti akan mencapai 22 tahun. tulisan-tulisan sejak 17 April 2009 sampai 17 April 2014 yang ditulis di buku, facebook, kompasiana, tumblr, blogspot, dll, akan aku kumpulkan, print, dan akan aku jilid. hal-hal yang sempat aku tulis di rentang usia sampai 17 - 22 tahun dengan judul Lima Tahun dalam Tulisan. so, happy grow up :). kerjakanlah revisi sekarang, bye :).

0 Comments:

Post a Comment

Jika tidak memiliki akun di google, wordpress, dan yang lainnya, bisa menggunakan anonymous.