Ruang Fresia UPF Penyakit Dalam Kelas 2
Day 1
Rabu, 6 November 2013
07.00-14.00 WIB
Hari pertama dinas, saya berangkat dari Cimahi diantar oleh
A Heri, kakak kedua. Agak nggak tenang sih soalnya kita berangkat jam 6 pagi,
tapi ternyata perjalanan Cimahi-RSHS dengan keselowan A Heri menjalankan motor
hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit.
Jam setengah tujuh saya sudah di Gedung Pendidikan RSHS,
menunggu Puspa sampai jam 06.45 dan kita agak kesulitan menemukan ruang fresia.
Berbekal tanya satpam, saya dan Puspa bisa sampai ruang fresia tepat waktu.
Bu Tati, pembimbing klinik (PK/CI) sekaligus kepala perawat
di ruang fresia belum datang, jadi kami hanya bekerja biasa mengikuti ronde
keperawatan, bed making, dan memberikan obat. Bed making-nya agak keteteran
karena dilakukan dengan sangat cepat, saya sempat mencoba memberi obat dengan
mematahkan ampul dan memasukan obatnya melalui selang infus. Lumayan.
Setelah Bu Tati datang kita diorientasi ruangan terlebih
dahulu, membagi wing dan shift. Saya mendapat pasien di kamar nomor 5-9, setiap
kamar ada dua bed tapi hari itu bed yang terisi hanya 7 bed. Saya bertugas
bareng Indah, Nurul, dan Kang Ridho. Kebayang kalau tidak ada mahasiswa
praktek, satu perawat harus mengurusi sepuluh pasien. Huwah.
Ketika kita masih orientasi ruangan, Bu Bela yang menjadi
pembimbing akademik di ruang fresia, datang dan mendampingi kami untuk menemui
pasien. Ada pasien yang memakai CTT dan WSD, ada yang nunggu kemoterapi, ada
yang baru dikemo pertama kali dan sudah tiga minggu ada disana, ada yang
bercerita kalau dia termotivasi dengan sinetron Surat Kecil Untuk Tuhan (SKUT),
macam-macam. Setelah semua bed dikunjungi kami langsung dituntut untuk
melakukan pengkajian dan periksa TTV (tanda-tanda vital). Karena tidak ada yang
berani melakukannya pertama kali, saya akhirnya mengangkat tangan dan bersedia
jadi orang pertama yang melakukan pengkajian ke pasien. Tumbal.
Komunikasi saya tidak terlalu jelek, tapi saya masih tidak
terbiasa mendengarkan nadi pakai stetoskop. Kalau mengukur TD, saya biasanya
pakai nadi yang di pergelangan tangan, sebenarnya nggak salah tapi lebih bagus
di lipatan siku yang kita pasang spigno supaya memastikan spigno itu berjalan
dengan baik. Saya juga belum bisa mendengarkan suara nafas pasien dengan benar dan
failed ketika menghitung suara bising usus. Stetoskop pun bolak-balik dipakai
karena selalu ada yang kelupaan diperiksa. Ketika mengecek refleks tendon pakai
hammer pun saya sempat kesulitan karena tidak menemukan tempat yang pas. Dan
kesalahan lain adalah kebiasaan saya mengusap wajah sendiri ketika mengobrol
itu tidak boleh dilakukan ketika pengkajian karena itu sama saja memindahkan
bakteri yang ada di kulit kita ke kulit pasien. Duhh.
Secara keseluruhan lumayan lah untuk pengkajian pertama
kali.
Karena ruangan yang saya tempati adalah ruangan penyakit
dalam, maka kebanyakan pasien disana adalah pasien kanker. Macam-macam
sebenarnya, Ca Colon, Ca Paru, GGK, DM, MM. pasien yang saya kaji mengalami MM
(Multiple Myeloma). Sepulangnya dari RSHS saya langsung mencari Askep MM.
Selesai dinas saya langsung menuju perpustakaan di Gedung
Pendidikan karena harus menyelesaikan proposal skripsi pada bulan ini. Secara
kebetulan saya bertemu dengan A Indra, kakak ipar yang rumahnya saya tinggali
selama saya di Cicalengka. Dia sedang kuliah S2 di Kedokteran dan sedang
mengerjakan tesisnya.
Selesai di perpustakaan jam 4 karena perpus mau tutup. Saya
langsung pergi ke Dago, kunjungan ke D3 FISIP dan pulang diantar oleh Riri, junior
saya yang kuliah di FEB, sambil membicarakan langit hitam yang hanya
menghadirkan bulan dan satu bintang.
0 Comments:
Post a Comment
Jika tidak memiliki akun di google, wordpress, dan yang lainnya, bisa menggunakan anonymous.