30 December 2012

Pilihan dan Proses

Ketika kita dilahirkan menjadi seorang manusia kita tidak bisa memilih melalui sperma siapa kita akan berbenih dan di dalam rahim siapa kita akan dikandung. Bukan kita pula yang memproses kejadian pembuahan tersebut, perubahannya dari semenjak janin menjadi bayi. Dan juga pilihan dan proses yang dialami oleh si bayi merah, menjadi batita, lalu balita. Siapa yang memilih? Siapa yang memproses? Siapa aku? *oke ini lebay.

Well, hari ini Presiden Mahasiswa Terpilih, Kang Wildan, mengirim SMS ke nomor saya, menelepon ke ponsel adik saya. Sumpah, saya jadi berasa jadi buron dan saya memang terbiasa menjadi buron kampus.

Kang Wildan membicarakan tentang ... you know what, apa yang akan dibicarakan seorang Presma baru kepada seorang eks-BEM yang pernah mendapat penghargaan BEM of the Month (oh yeah *hwek)kalau bukan masalah ....

Saya mau minta tolong untuk bantu saya di Kabinet ini.

Sedih lah. Kayak orang lagi ditembak, bukan ditembak buat jadi kekasih pujaan hati, tapi ditodong pistol beneran. Biasanya orang yang ditodong pistol akan menyerah, angkat tangan, dan menuruti apa yang dikatakan oleh sang penodong. Sementara saya ingin memilih mati saja, tapi itu sulit.

Beberapa minggu sebelum ini, saya ditodong juga untuk jadi Kadep di Rohis QA (lagi) setelah tahun lalu menerimanya dan sudah lengser. Rasanya sesak nafas, salting ... ehm, yang nodong akhwat kok jadi saya asli salting karena tawaran itu. Jabatan, yang buat saya jabatan itu panas membara. Saya tidak pernah berfikir akan berada setinggi itu ketika mengikuti sebuah organisasi. Organisasi manapun.

Ajakan di Rohis QA saya tolak, dan saya merasa sangat bersalah bergelimang dosa karena saya menolak untuk berjuang di jalan Allah. Tapi saya tetap menjadi Presidium Sidang di Rohis QA dan saya berjanji akan membantu mereka dan mengikuti kegiatan yang mereka adakan. Tanpa ikatan.

Sebenarnya pilihan tertinggi adalah ketika memutuskan untuk tidak menjadi Ketua Himi Persis PK Unpad. Saya bahkan tidak mengikuti pemilihannya karena bentrok dengan jadwal kuliah. Dan itulah organisasi pertama yang saya tinggalkan di Unpad. Entahlah, gelimangan dosa saya sepertinya sudah membanjir karena saya hengkang dari organisasi dakwah.

Lalu bagaimana dengan permintaan Kang Wildan. Ya balik lagi ke kang Wildan yang sudah saya kenal dari semenjak saya mengikuti BEM. Saya sudah mengatakan 'tidak' dengan sangat hati-hati dan sangat disesalkan dia malah berusaha meyakinkan saya. Sedih ... Untuk menolak tawarannya saja sudah sulit apalagi untuk mendebat rasional yang sama-sama kami anggap benar.

Saya sendiri merenung, mungkin tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini, tapi pastinya bukan saya saja yang mengalaminya. Dan kenapa saya? Apa yang telah saya lakukan? Apa yang telah mereka lihat? Apa yang mereka pikirkan sampai menganggap Si Sarah ini pantas.

Sedih ... sebenarnya proses yang ingin saya lalui adalah hanya satu tahun di organisasi, hanya tahun pertama dan saya jalani dengan sungguh-sungguh. Mungkin kesungguhan itulah yang mereka lihat dan mereka menganggap kesungguhan itu tidak ada tanggal kadaluwarsanya. Sedih ...

Pilihan dan proses mungkin sejatinya adalah miliki kita, dan kita yang menjalani. Dan kita ... adalah individu yang bersosialisasi. Socius-individum. Saya tahu penutup ini nggak nyambung dan ngawur, biarin, yang penting mint.

Note: Besok saya akan bertemu dengan Kang Wildan untuk menyelesaikan hal ini. Katakan TIDAK padanya. FIGHT!
Continue reading Pilihan dan Proses

14 December 2012

Blog Walking Kali Ini


Blog yang kali ini mendapat kehormatan buat aku jamah adalah blog milik Teguh Rizki Fernanda di http://prayfordobby.blogspot.com. Saya menemukannya dengan sangat amat tidak sengaja. Oke, kebetulan yang sudah direncanaka Tuhan, I know.

Setelah menelaah, acieh bahasana, isi-isi blog Teguh tiba-tiba saya berfikir untuk menjadikan dia salah satu kritikus novel Bintang Timur dan Sihir Hujan. Nggak tahu juga kenapa kepikiran hal itu, padahal kritikan dia itu sengak abis. Well, itu aja sih yang mau aku tulis hari ini. Lagi tanggung soalnya, ini novel nggak kelar-kelar. Rasanya pengen meledak.
Continue reading Blog Walking Kali Ini

03 December 2012

,

Tulisan 'Sarah El Zohrah' yang Berserakan

Dulu saya pakai nama pena Sarah El Zohrah sampai saya lebih dikenal dengan nama itu daripada Sarah Nurul Khotimah. Kini saya sudah memakai nama Sarah Nurul Khotimah di semua akun jejaring sosial. Terakhir, ketika tulisan saya dipublikasikan oleh majalah Blitz edisi November, saya pakai nama Sarah Nurul Khotimah.

Sudah setahun ini saya macet menulis. Banyak yang harus dipikirkan, kuliah, keluarga, dan organisasi. Saya mundur di salah satunya, yaitu organisasi. Pokoknya di tahun 2013 tidak ada lagi yang namanya Sarah Nurul Khotimah si aktivis yang doyan nongkrong di Sekre. No, no, no.

Saya sedang mencari independensi diri. Lagaknyaaa. Dan independensi diri ini saya temuka di dunia menulis. Yaa, saya belum menjadi penulis profesional tapi sudah nyampah banyak tulisan ketika tahun 2010. Di tahun 2011 dan 2012 saya berhenti menulis karena fokus di organisasi. Jadi, kalau ada yang beranggapan saya berhenti berorganisasi karena ingin menulis. Yap, itu benar.

Saya tiba-tiba kangen dengan nama Sarah El Zohrah, lalu saya tulis di Google 'Sarah El Zohrah'. Ada banyak result. Cieee ... Dan tiga diantaranya membuat saya tercengang.

Pertama adalah http://www.anggareni.net/pecandu-rindu.html
Blog milik seseorang yang bernama Anggraeni itu memasukan puisi saya jaman lebay, judulnya Pecandu Rindu. Asli, itu puisi jaman saya masih suka geje menggalau. November 2010 bikinnya juga. Salah satu cuplikan puisinya adalah 'Aku selalu rindu ... sebab perasaanku tak terbendung oleh friksi.' Huahahahaaa demi apa lah aku ngakak bacanya. Agak ajaib juga entah apa yang terjadi ketika itu sampai saya membuat puisi seperti ini. Yang jelas saya berterima kasih kepada orang-orang yang sudah mengapresiasi puisi saya dan tetap mencantumkan nama Sarah El Zohrah sebagai penciptanya. Terharu :').

Yang kedua adalah http://tiyaradam.wordpress.com/2011/10/05/cinta-salah-sambung-buku/
Yang ini lebih ngakak lagi. Saya lupa bikinnya kapan. Yang jelas isi cerita ini adalah masa-masa abege ketika SMP sampai SMA dalam menilai cowok. Tulisan yang ada disini judulnya Dari yang Jutek Hingga yang Gokil di urutan 11. Saya sendiri lupa tepatnya isi cerita itu apa dan aku baru tahu kalau ternyata tulisan itu sudah dibukukan tahun kemarin. Benar-benar lah.

Yang ketiga adalah http://cupid3.wordpress.com/2011/08/19/seribu-cinta-yang-menyala-persembahan-apik-untuk-keluarga/
Sama nasibnya seperti tulisan Dari yang Jutek Hingga yang Gokil. Saya menulis cerita ini entah kapan, mengirimnya entah kapan pula, dan baru tahu sekarang bahwa tulisan ini dibukukan karena diterbitkan tahun 2011 akhir. Itu adalah masa-masa aku terobsesi dengan organisasi.
Oh ya, kembali ke tulisan yang mereka muat. Tulisan yang dimasukan ke dalam buku ini judulnya Cinta Kasih Kelapangan Hati. Tentang keluarga kalau nggak salah. Saya ingat ketika menuliskan cerita ini dan meminta ibu saya untuk membacanya dan dia menangis.

Daaan ... begitulah. Tiba-tiba saya terbangun dengan suatu kesadaran bahwa ternyata dulu saya memang sangat rajin menulis, mengirimkannya, dan mendapatkan respon dari orang lain. Sooo ... tunggu apa lagi. Saya akan merindukan Sarah Nurul Khotimah si aktivis yang kerjaannya aksi di Jakarta, tapi aku juga sangat merindukan Sarah El Zohrah si tukang begadang di depan laptop sambil memuntahkan imajinasinya.
Continue reading Tulisan 'Sarah El Zohrah' yang Berserakan