07 August 2012

Pengaruh Ragam Budaya Indonesia Terhadap Kesehatan


DAFTAR ISI
BAB I: 1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah
BAB II: 2.1 Jawa
2.2 Jawa Tengah
2.3 Jawa Barat
2.4 Subang
2.5 Bogor, Indramayu, dan Sukabumi
2.6 Sumatera
2.7 Suku Batak
2.8 Nusa Tenggara Barat
2.9 Timur Tengah Selatan
2.10 Suku Bugis
2.11 Papua Nugini
BAB III: 3.1 Simpulan
3.2 Saran

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Terdapat kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan namun, di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hubungan perkembangan nilai budaya dengan kesehatan?
2. Apa saja cara pandang terhadap kebudayaan ?
3. Bagaimana perkembangan nilai budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan?
4. Apa saja ragam kebudayaan yang berpotensi meningkatkan/menurunkan kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hubungan perkembangan nilai budaya dengan kesehatan masyarakat.
3. Mengetahui cara-cara pandang terhadap kebudayaan.
4. Mengetahui perkembangan nilai budaya terhadap kesehatan.
5. Mengetahui ragam kebudayaan yang berpotensi meningkatkan/menurunkan kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan nilai kebudayaan dengan kesehatan sehingga mampu mengaplikasikannya dalam teori transkultural nursing.





BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Konsep Budaya
1.1 Definisi Kebudayaan
Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia mengajukan interpretasi terhadap makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan:
1. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia
2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya
3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai
4. Abstraksi dan perilaku
5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di mana sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya
6. Sebuah gudang pusat pembelajaran
7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang berulang-ulang
8. Perilaku yang dipelajari
9. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku
10. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang lain
11. Lapisan atau endapan dari sejarah manusia
12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
Budaya adalah “metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata yang diucapkan yang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto & Matsumoto,1989)
Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembaga ras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001)
Budaya adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan individu dan kelompoknya.

1.2 Wujud kebudayaan
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada didalam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem social ini bersifat konkrit, serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, di lihat dan didokumentasikan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju.

1.3 Nilai Budaya
Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusia untuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dan nilai membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral, baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau buruk.

1.4 Norma Budaya
Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian tentang baik buruknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan norma lebih merupakan standart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan standar kelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan kita bagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrol terhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman atau ganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam relasi antar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma secara khusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk-bentuk norma antara lain:
1. Cara
Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya: Menghirup kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa.
2. Kebiasaan
Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya: Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar apa-apa
3. Tata Kelakuan
Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya: Perihal antara hubungan pria dan wanita
4. Adat Istiadat
Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat sanksi yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut.
Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.

2. Ragam Budaya Indonesia
2.1. Budaya Jawa
2.1.1 Konsep Sehat-Sakit
Menurut orang Jawa, “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin. Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin karep ragu nututi”, artinya batin berkehendak, raga / badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti “ waras“. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari-hari, misalnya bekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yang dikatakan sehat. Dan ukuran sehat untuk anak-anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah untuk bermain.
Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu konsep personalistik dan konsep naluralistik. Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk gaib, dewa), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat ) dan manusia (tukang sihir, tukang tenung). Penyakit ini disebut “ora lumrah“ atau “ora sabaene“ (tidak wajar / tidak biasa). Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural, misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku, kebendhu, kewalat, kebulisan, keluban, keguna-guna, atau digawe wong, kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “wong tuo“.
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui “Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-masing:
a. Dukun bayi: khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung): Khusus menangani orang yang sakit terkilir, patah tulang, jatuh atau salah urat.
c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “digawa uwong“.
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan racun, bisa, kuman atau kecelakaan. Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara lembab. Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “Lumrah“ atau biasa. Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan, artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali. Misalnya orang sakit masuk angin, penyembuhannya dengan cara “kerokan“ agar angin keluar kembali. Begitu pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” (menggigil, kedinginan), penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan dihangatkan dekat api .
2.1.2 Pengobatan Tradisional
Beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat Jawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah-buahan yang bersifat alami adalah: daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi; temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut, diperas dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan, dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan; akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B; mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya; brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam panas, dan penambah nafsu makan; jagung muda (yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang terkena cacar; daun sirih untuk membersihkan vagina; lidah buaya untuk kesuburan rambut; cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal; mandi air garam untuk menghilangkan sawan; daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza; jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki; air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus.
2.1.3 Jamu
“Suwe ora jamu, jamu godhong telo ………”
Di masyarakat indonesia khususnya masyarakat jawa, jamu merupakan obat alternatif yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu dimana pertama kali jamu dikenalkan di lingkungan keraton Jogjakarta dan Surakarta.
Jaman dulu jamu merupakan resep rahasia keraton. Seiring dengan perkembangan jaman, jamu mulai dikenal di masyarakat sampai dengan sekarang dan dianggap sebagai salah satu warisan leluhur yang harus dilestarikan.
Sejak dulu Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya, tanah yang subuh dengan beraneka ragam kekayaan hayatinya. Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan baik dari akar, daun, batang, bunga maupun kulit kayu.
Jamu digunakan untuk mendapatkan kesehatan serta menyembuhkan berbagai penyakit serta digunakan pula sebagai perawatan kecantikan muka dan tubuh.
Di jaman modern sekarang ini jamu masih tetap mendapat tempat di hati konsumennya, bahkan sudah berkembang menjadi industri besar dan dengan kemasan yang instan sehingga konsumen lebih mudah dalam mengkonsumsinya.
Selama tahun 2009 berbagai institusi telah melaksanakan berbagai aktivitas untuk meningkatkan peran jamu dan produk herbal lainnya. Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB, telah melaksanakan berbagai aktivitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkaitan dengan penyiapan bahan baku jamu/herbal terstandar dengan GAP dan BMP teruji dan pengembangan berbagai produk berbasis penelitian.
Kementerian Kesehatan RI saat ini juga sedang mengembangkan Program Saintifikasi Jamu, yakni suatu upaya dan prosesn pembuktian ilmiah jamu. Program ini bertujuan untuk memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan karena pada doktern dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah amat kuat keinginannya bersama ilmuwa/akademisi untuk mengangkat jamu sebagai icon Sehat, Bersama Rakyat, dan mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif dan paliatif melalui penggunaan jamu.
Tahun 2010 ini ditetapkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati, sebagai tonggak untuk melestarikan keragaman kehidupan di bumi dan tanggal 22 Mei adalah hari khusus dimana setiap tahun dunia merayakannya. Hari tersebut dinyatakan PBB sebagai The International Day for Biological Diversity (IDB) atau Hari Internasional Keanekaragaman Hayati yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan masalah keanekaragaman hayati.
2.1.4 Pantangan Ibu Hamil dan Nifas
Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya: Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas.
Ada juga kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk makan jagung goreng (di Jawa disebut “marning”) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang dapat melancarkan air susu.

2.2 Jawa Tengah
2.2.1 Pantangan Ibu Hamil
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan pendarahan yang banyak. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan dapat mengakibatkan ibu kekurangan asupan gizi akan protein.

2.3. Jawa Barat
2.3.1 Konsep Sehat Sakit
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat sosial budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat (orang Sunda) adalah muriang untuk demam, nyeri sirah untuk sakit kepala, gohgoy untuk batuk dan salesma untuk pilek/flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan, kecuali batuk juga karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di desa tersebut, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.
Menurut orang Sunda, orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan, sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas atau makan terasa pahit, kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis, dan serba salah / gelisah. Dalam bahasa Sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat. Orang disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja, masih dapat makan-minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun, harus berobat ke dokter / puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung. Obat yang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hemat waktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat.
2.3.1 Ibu Hamil
Di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuku 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Pantangan lainnya:
a. Tidak boleh keluar rumah sembarangan, terutama sore hari
b. Hanya memakan sayuran (dianggap baik), sedangkan ikan, daging, dan buah-buahan dianggap tidak baik untuk bayi
c. Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit tali pusat
d. Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinya akan terlalu banyak air atau anak kembar
e. Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit
f. Dianjurkan minum air kelapa muda
g. Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 9 bulan
h. Dilarang menucapkan beberapa kata-kata pantangan

2.4 Subang
Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.

2.5 Bogor, Indramayu, dan Sukabumi
Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
Di Bogor masih ada yang percaya bahwa kepada bayi dan balita laki-laki tidak boleh diberikan pisang ambon karena bisa menyebabkan alat kelamin/skrotumnya bengkak. Balita perempuan tidak boleh makan pantat ayam karena nanti ketika mereka sudah menikah bisa diduakan suami. Sementara di Indramayu, makanan gurih yang diberikan kepada bayi dianggap membuat pertumbuhannya menjadi terhambat. Untuk balita perempuan, mereka dilarang untuk makan nanas dan timun. Selain itu balita perempuan dan laki-laki juga tidak boleh mengonsumsi ketan karena bisa menyebabkan anak menjadi cadel. Mereka menganggap bahwa tekstur ketan yang lengket menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara ‘r’ dengan benar.
Jenis makanan pantangan bagi wanita dan laki-laki dewasa lebih banyak karena alasan yang menyangkut dengan organ reproduksi / hubungan seksual suami istri. Hal ini berlaku pada sebagian besar penduduk di Bogor dan Indramayu. Makanan tersebut kebanyakan adalah sayur dan buah yang banyak mengandung air, misalnya nanas, pepaya, semangka, timun, dan labu siam. Jenis makanan tersebut dianggap bisa menyebabkan keputihan yang akhirnya dapat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri. Sementara untuk laki-laki dewasa, baik di Bogor dan Indramayu memiliki suatu kepercayaan bahwa laki-laki dewasa dilarang makan terung, karena membuat mereka lemas dan mudah lelah.

2.6. Budaya Sumatera
2.6.1 Pantangan Ibu Nifas
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu beraktivitas sehungga harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada masyarakat.

2.7 Budaya Batak
2.7.1 Konsep Sehat-Sakit
Arti “sakit“ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring, dan penyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau ada juga yang membawa orang yang sakit tersebut kepada dukun atau “orang pintar“. Dalam kehidupan sehari-hari orang Batak, segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu, untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural, yaitu: jika mata seseorang bengkak, orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak baik (mis: mengintip). Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan nama) sehingga membuat orang tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain, yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga. Ada juga orang Batak sakit karena tarhirim misal: seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena janji tersebut tidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit. Jika ada orang Batak menderita penyakit kusta, maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
2.7.2 Pengobatan
Dalam budaya Batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinya diantaranya adalah, Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda: “Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing-masing di dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapat menyatukan darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu.”
Di dalam kehidupan Si Raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak dalam kandungan sampai melahirkan.
1. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan. Perawatan dalam kandungan: menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan. Perawatan setelah melahirkan: menggunakan kemiri, jeruk purut dan daun sirih. Perawatan bayi: biasanya menggunakan kemiri, biji lada putih dan iris jorango. Perawatan dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan yang diresap dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.
2. Dappol Siburuk (obat urut dan tulang). Asal mula manusia menurut orang Batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung dipraktikkan dengan penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.
3. Untuk mengobati sakit mata. Menurut orang Batak mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin. Berdasarkan pesan dari Si Raja Batak, untuk mengeluarkan penyakit dari mata, masukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit. Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang ada di dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut (mengeluarkan), nama ramuannya dengan sama tujuannnya.
4. Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk. Berdasarkan pesan Si Raja Batak untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mulajadi (sesuatu yang berasal dari asap dapur). Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat. Disamping itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat hidup sehat, maka makanlah atau minumlah: apapaga, airman, anggir, adolora, alinggo, abajora, ambaluang, assigning, dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya karisma, wibawa dan kesehatan menurut orang Batak dahulu, supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa: ayam merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras (nitak), jeruk purut, sirih beserta perlengkapannya. Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang Batak adalah: jika ada orang Batak yang menderita penyakit gondok, maka cara pengobatannya dengan menggunakan belau. Apabila ada orang Batak yang menderita penyakit panas (demam) biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal.

2.8 Nusa Tenggara Barat
2.8.1 Konsep Sehat-Sakit
Di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak. Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya,tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit- sakit badan.
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain -lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.

2.9 Timur Tengah Selatan (TTS)
Masyarakat Timur Tengah Selatan (TTS) masih berkutat pada pemenuhan kebutuhan yang sangat dasar, yaitu makan dan minum. Sebagian lagi sudah berpikir tentang bagaimana melindungi tubuh dari panas dan hujan,serta memiliki rumah yang layak huni.Pendidikan bukan menjadi prioritas utama bagi masyarakat terutama kaum perempuan.
2.9.1 Budaya melahirkan di Rumah Bulat
Dinding Rumah Bulat (umek bubu) melingkar dengan garis tengah antara tiga sampai lima meter. Atapnya berbentuk seperti kepala jamur merang terbuat dari rumput alang-alang. Ujung alang-alangnya hampir menyentuh permukaan tanah. Dindingnya terbuat dari potongan-potongan kayu dan bambu. Pintunya setengah lonjong dengan ketinggian kurang satu meter. Untuk masuk,orang dewasa harus membungkukkan badan terlebih dahulu.
Rumah bulat menjadi ciri khas adat dan budaya orang Timor yang masih dipertahankan sampai saat ini, padahal sebetulnya ia juga sumber persoalan. Sulit menemukan rumah bulat berjendela. Lubang angin pun tidak menjadi pertimbangan dalam membangun rumah bulat. Udara dan sinar matahari hanya bisa menerobos dari lubang-lubang kecil pada dinding-dinding bambu.
Kebiasaan masyarakat yang mengharuskan perempuan melahirkan di dalam rumah bulat yang penuh debu dari tungku dan asap akan menyebabkan bayi dan ibunya mudah terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
2.9.2 Setelah melahirkan dipanggang dengan bara api dibawahnya
Proses panggang di rumah bulat juga dipercaya masyarakat menjadi penangkal dari sakit berat terlebih wanita sehabis melahirkan.Ada pula ketakutan dari para orang tua:jika proses ini tak dilakukan ,kondisi badan anak akan lembek dan tak kuat, bahkan akan menimbulkan kegilaan pada si ibu. Namun pada kenyataannya hal ini berakibat buruk. Bukan hanya kemungkinan akan terbakarnya tubuh sang ibu maupun bayi, namun berpengaruh terhadap kesembuhan luka-luka pada tubuh ibu setelah melahirkan.
2.9.3 Tubuh Ibu dikompres dengan air panas
Setelah seorang ibu melahirkan, ia kemudian dikompres menggunakan air mendidih atau air panas. Dikompres pula dengan cara menekan-nekan perut dan bagian luka yang ada setelah melahirkan. Seperti halnya dipanggang, hal ini bisa menimbulkan infeksi pada organ tubuh yang luka, terlebih organ yang sangat sensitif (daerah kemaluan) sang ibu. Kesembuhan luka-lukanya menjadi butuh waktu yang relatif lama. Ini merupakan salah satu kekerasan fisik terhadap kaum ibu.
2.9.4 Tidak boleh makan daging, sayur santan, dan lain-lain
Rendahnya tingkat pendapatan ekonomi keluarga dan masih banyak lagi praktik lokal yang sangat merugikan ibu,seperti pantang makanan tertentu (ikan, telur, cumi. ayam, udang, kepiting, sayur-sayuran) yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan ibu maupun setelah menjadi bayi dan untuk proses metabolisme ibu serta sebagai pengganti energi setelah melahirkan dan laktasi kelak.
Saat hamil dan melahirkan seorang perempuan harus tetap memperhatikan makanan yang ia konsumsi agar bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat dan terpenuhi segala macam nutrisi untuk tumbuh kembang sang bayi. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah seorang perempuan hamil harus memgkonsumsi makanan yang mengandung asam folat dan vitamin B kompleks. Kedua jenis makanan ini bahkan harus dikonsumsi sebelum seorang perempuan hamil atau saat yang bersangkutan merencanakan hamil. Asam folat dan vitamin B kompleks diperlukan saat pembentukan sel-sel saraf terutama pada masa awal kehamilan. Peningkatan konsumsi kedua zat ini terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan bayi secara signifikan.
Zat lain dari makanan yang dibutuhkan perempuan hamil adalah protein. Sebagai zat pembangun, protein terutama dibutuhkan saat pembentukan sel tubuh dan sel darah. Jenis makanan yang banyak mengandung protein adalah daging, telur dan kacang-kacangan. Selain mengandung protein, daging mengandung zat besi yang berguna untuk pembentukkan sel dan mencegah terjadinya anemia baik bagi sang ibu maupun bayinya.
Perempuan yang sedang mengandung juga harus mengkonsunsi karbohidrat yang cukup. Karbohidrat merupakan bahan bakar pembentukan energi untuk aktifitas sehari-hari. Saat hamil, peningkatan berat badan dan perubahan hormonal menyebabkan menyebabkan seorang perempuan membutuhkan energi ekstra. Meskipun demikian, perempuan hamil juga harus tetap menjaga keseimbangan energi dengan cara rutin melakukan olahraga yang khusus diperuntukkan bagi perempuan hamil.
Di samping protein dan karbohidrat, perempuan yang sedang hamil juga harus senantiasa mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan mineral. Seperti yang kita ketahui bersama, kalsium merupakan bahan yang sangat penting untuk pembentukkan tulang, juga untuk fungsi sel-sel saraf. Vitamin A, C, B12, D dan lain-lain diperlukan untuk menjaga kesehatan kulit dan tulang serta menjaga fungsi sel-sel saraf. Vitamin-vitamin ini dengan mudah kita temukan pada sayur-sayuran dan buah-buahan.
2.9.5 Tidak memberikan ASI Pertama pada bayi
Kolostrum adalah ASI berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah melahirkan, sebaliknya diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Karena warnanya yang kekuningan membuat masyarakat TTS terutama kaum ibu menyimpulkan bahwa ASI pertama/kolostrum tersebut merupakan ASI yang kotor atau mengandung banyak kuman, sehingga ASI tersebut dibuang dan tidak diberikan kepada bayi yang baru lahir. Padahal manfaat kolostrum sangat besar antara lain:
• Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim.
• Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya
• Seperti imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi (perlindungan terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu sebelumnya).
• Kolostrum juga mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan dan membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium.
• Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan bayi kuning) sehingga bayi lebih terhindar dari jaundis.
• Kolostrum juga membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk pencernaan
Kolostrum adalah konsentrasi tinggi karbohidrat, protein, dan zat kebal tubuh. Zat kebal yang ada antara lain adalah: IgA dan sel darah putih. Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi baru lahir memang tidak mudah mencerna lemak. Satu sendok teh kolostrum memiliki nilai gizi sesuai dengan kurang lebih 30 cc susu formula. Usus bayi dapat menyerap 1 sendok teh kolostrum tanpa ada yang terbuang, sedangkan untuk 30 cc susu formula yang diisapnya, hanya satu sendok teh sajalah yang dapat diserap ususnya..Pada hari pertama mungkin hanya diperoleh 30 cc. Namun, dalam setiap tetesnya terdapat berjuta-juta satuan zat antibodi. SIgA adalah antibodi yang hanya terdapat dalam ASI. Kandungan SIgA dalam kolostrum pada hari pertama adalah 800 gr/100 cc. Selanjutnya mulai berkurang menjadi 600 gr/100 cc pada hari kedua, 400 gr/100 cc pada hari ketiga, dan 200 gr/100 cc pada hari keempat. Maka dari itu, kolostrum memiliki fungsi yang sangat vital dalam 10 hari pertama kehidupan bayi.

2.10 Suku Bugis
2.10.1 Konsep Sehat-Sakit
Persepsi masyarakat Bugis tentang sakit tercermin dalam berbagai istilah yang digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, antara lain seperti malasa, madoko, maddokkong. Istilah tersebut mengacu pada konsep sakit yang berarti kondisi atau keadaaan fisik maupun rohani seseorang yang sedang mengalami ketidakseimbangan menurut pengetahuan budaya orang Bugis terjadinya ketida seimbangan tersebut di sebabkan oleh dua faktor terutama yaitu faktor intern disamping faktor extern. Faktor intern yang menyebabkan tumbuhnya ketidakseimbangan dalam diri manusia ialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh manusia itu sendiri yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, di samping adanya pengaruh faktor keturunan. Sebaliknya faktor ekstern terdiri atas beberapa unsur berupa wabah penyakit, perubahan keadaan suhu udara, gangguan mahluk halus, keracunan, praktek magic, kutukan dewata dan sebagai unsur lingkungan termasuk buatan manusia.
Sesuai dengan wujud dan faktor penyebabnya, maka masyarakat Bugis mengenal aneka ragam jenis penyakit. Kendati pun demikian, setiap jenis penyakit dapat dimasukkan dalam salah satu di antaranya dua kategori, yaitu penyakit dalam dan penyakit luar. Kedua jenis penyakit tersebut biasa pula disebut lasa massobbu (penyakit tersembunyi) dan lasa talle (penyakit nyata)
Selain dari istilah-istilah tersebut, anggota masyarakat di daerah penelitian mengenal pula pengelompokan jenis penyakit menjadi dua kategori masing-masing: lasa ati (penyakit hati, jiwa dan rohani) dan lasa tubuh (penyakit jasmani). Persepsi masyarakat tentang adanya kategori lasa ati, di samping lasa watakkale itu bersumber dari pemahaman atau pengetahuan mereka tentang diri makhluk manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, raga dan jiwa, lahiriah dan batiniah. Perpaduan antara dua unsur itulah yang menjelma menjadi sosok tubuh manusia sebagai satu kesatuan organisme, bersama dengan sejenak potensi yang di bawah sejak lahir ke dunia. Menurut budaya orang Bugis, maka tubuh manusia yang berbentuk ragawi merupakan hasil perpaduan dari empat zat alami yaitu: tanah, air, angin, api sedangkan aspek rohaniah dikenal sebagai sumange (sukma). Dalam hal ini tubuh manusia dipandang tidak lebih hanya sebagai tempat berdiam bagi sukma, untuk suatu jangka waktu tertentu. Manakala sukma tersebut berpisah dari raganya maka sosok tubuh manusia itupun mengalami peristiwa yang disebut mati. Peristiwa kematian itu sendiri menyebabkan segenap unsur tubuh manusia kembali ke asalnya yaitu ke alam fanah, sedangkan sukma akan tetap hidup dan melanjutkan proses kehidupannya di alam gaib yang bersifat abadi. Konsep pengetahuan budaya masyarakat Bugis tersebut terkandung dalam suatu pelajaran yang membahas tentang dialog antara bayi yang berada dalam kandungan ibunya dan tuhan sebagai maha pencipta.
Sebagian besar masyarakat Bugis sampai sekarang tetap mempunyai keyakinan bahwa peristiwa yang pertalian dengan kelahiran makhluk manusia ke atas bumi bukanlah suatu yang berlangsung secara kebetulan saja, melainkan adalah peristiwa sakral yang hanya mungkin terjadi atas restu, kehendak dan kuasa ilahi, sang pencipta. Organ-organ tubuh manusia sebagai mahluk induvidu terdiri atas pepaduan antara empat jenis zat alam yaitu tanah, air, angin, api. Keempat zat alam tersebut kemudia menjelma kontruksi tubuh manusia secara serasi, sehingga tercipta sosok tubuh dengan susunan organisme berupa perangkan anggota bada tercipta dari api. Sebagaimana hanya alam raya, maka manusia pun merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Sebelum ilmu pengobatan modern dan ilmu kedokteran ditemukan, nenek moyang kita (Bugis-Makassar) juga telah mengenalnya dengan cara-cara pengobatan tradisional dalam bentuk ritual-ritual khusus dan memanfaatkan tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitarnya,orang yang melakukan ritual ini disebut Sanro.

2.11 Papua Nugini
Contoh lain dari Papua Nugini, ”pigbel” sejenis penyakit berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman clodistrium perfringens type C. Penduduk papua Nugini yang tinggal didaratan tinggi biasanya sedikit makan daging. Oleh sebab itu, cenderung untuk menderita kekurangan enzim protetase dalam usus. Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat masaknya tidak cukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga kuman clostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok mereka adalah kentang, mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun dari kuman yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga dihasilkan oleh cacing ascaris yang banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman dapat juga berkembang dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara bebas mengeluarkan racunnya.

BAB III
Simpulan dan Saran
3.1 Simpulan

Setelah menganalisa kasus tersebut diatas satu hal yang perlu dipahami adalah “mengubah suatu keyakinan atau kepercayaan seseorang itu tidaklah mudah, tapi bukan tidak mungkin bisa merubahnya”. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang kongkret atau pendekatan-pendekatan personal sehingga timbul rasa saling percaya antara perawat dan klien/pasien.
Untuk individu sebagai masyarakat, diharapkan mampu mengembangkan budaya yang ada menjadi budaya yang efeknya lebih ke arah positif. Jika resiko dari kebiasaan atau budaya masyarakat yang ada hanya merugikan, buat apa dikembangkan?
Agar tidak terjadinya diskriminasi oleh budaya-budaya yang ada maka masyarakat diharapkan memiliki sikap-sikap sebagai berikut:
1. Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.
2. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3. Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.
Sebagai pelaku kesehatan,yang perlu dilakukan adalah melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Salah satu program kesehatan masyarakat adalah promosi kesehatan yang seharusnya merupakan kegiatan inti dari program lain, yaitu preventif, kuratif dan rehabilitatif. Berbagai upaya promosi kesehatan telah dilakukan sejak dulu dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti penyuluhan langsung kepada masyarakat, bisa juga melalui media elektronik televisi, radio dan media cetak. Berbagai bentuk spanduk, billboard, buku dan lefleat serta stiker yang berisi pesan-pesan kesehatan sejak dulu sudah diperkenalkan dan diedarkan di mana-mana.
Pelaku medis harus terlibat secara langsung dalam kehidupan kesehatan masyarakat,teruama para bidan.Berbagai pengertian mengenai kesehatan harus dijelaskan secara baik dan hidup sehat sendiri harus ditunjukkan terlebih dahulu oleh pelaku medis.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan apabila ada kekurangan, kami mohon saran dan kritik membangun sehingga dapat kami tingkatkan dikemudian hari.

Daftar Pustaka
Anon. Kebudayaan Timor Tengah Selatan Pasca Melahirkan. Makalah. www.scribd.com/doc/23482766/MAKALAH-KEBUDAYAAN-TIMOR-TENGAH-SELATAN-
PASCA-MELAHIRKAN
Anon. Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural dalam Keperawatan. Makalah. www.scribd.com/doc/87909449/makalahtranskulturalkomplit-120226032433-phpapp02
Prof. Dr. dr. H.M. Rusli Nagtimin, MPH. Dari Hippo Crates sampai Winslow dan pengembangan ilmu kesehatan masyarakat selanjutnya. Makassar: 2005
Sengkang, Ikha. Peranan Ilmu Sosial dalam Mengkaji Ilmu Kesehatan. Makalah. Stikes Mega Rezky Makassar: 2012

0 Comments:

Post a Comment

Jika tidak memiliki akun di google, wordpress, dan yang lainnya, bisa menggunakan anonymous.